Branding di Era Marketing 5.0

Dunia pemasaran saat ini sedang memasuki era baru, Marketing 5.0 di mana peran kolaborasi antara manusia dan mesin sangat menonjol. Tentunya, ini akan berpengaruh pada strategi merek dalam menjaga relevansinya dengan kebutuhan zaman.

Seperti apa? Berikut adalah hasil laporan pandangan mata saya setelah mendengarkan pemaparan Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. dalam webinar “Branding in Markeitng 5.0 Era” di ajang WOW Brand Festive Day 2020, Rabu, 4 Novemver 2020.

Era Marketing 5.0, menurut Iwan, didahului oleh setidaknya lima tren, yakni munculnya generasi digital savvy, gaya hidup phygital, dilema digitalisasi, berkembangnya teknologi, dan keharusan bersimbiosis antara manusia dan mesin.

Terkait generasi digital savvy, generasi Z dan generasi Alpha makin besar jumlahnya seiring dengan makin berkurangnya generasi-generasi yang lebih senior, seperti Baby Boomers, Gen X, atau Gen Y yang sering dikenal dengan sebutan milenial. Kedua generasi baru tersebut tidak memiliki pengalaman hidup tanpa internet. Teknologi tak terpisahkan dari mereka dan mereka tak melihat batasan antara dunia online dan offline. Mereka juga memiliki pengaruh pada orang-orang tua mereka.

Continue reading “Branding di Era Marketing 5.0”

Peran Marketing Kontekstual di Era Big Data

Strategi pemasaran yang bagus adalah strategi pemasaran yang bisa dengan tepat menjawab kebutuhan konsumennya. Sebab itu, pemasar perlu menerapkan apa yang disebut contextual marketing

Marketing kontekstual ini sudah lama diterapkan. Namun, di era sekarang yang diwarnai dengan teknologi berbasis internet dan big data, marketing kontekstual ini bisa dilakukan dengan lebih canggih yang mana hasilnya lebih presisi sesuai dengan karakter dan kebutuhan konsumennya. 

Marketing kontekstual ini merupakan tema ketiga dari seri webinar Marketing 5.0 Technology for Humanity, kolaborasi MarkPlus dan GDP Lab yang saya ikuti pada Rabu, 4 November 2020. Materi ini dibawakan oleh Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. sekaligus co-author buku Marketing 5.0 bersama Philip Kotler dan Hermawan Kartajaya yang terbitkan oleh John Wiley dan baru dirilis pada awal tahun depan.

Continue reading “Peran Marketing Kontekstual di Era Big Data”

Saatnya Menggenjot Digitalisasi

Saat ini, digitalisasi menjadi sebuah urgensi yang harus dieksekusi oleh para pemain bisnis di semua industri. Paling tidak, krisis akibat pandemi ini mendorong perusahaan-perusahaan segera melakukan akselerasi program transformasi digitalnya yang mungkin selama ini belum dilakukan, tersendat, ataupun sekadar hangat-hangat tahi ayam. Transformasi ini sudah saatnya diseriusi – bukan lagi sekadar tempelan atau sekadar gaya-gayaan agar perusahaan terkesan kekinian. 

Sebenarnya, pada tahun-tahun lalu, transformasi digital sudah menjadi concern di kalangan pemain industri, khususnya menyambut Industri 4.0. Seperti dikutip dari riset global Futjitsu bertajuk Global Digital Transformation Survei Report 2019, 87% responden mengaku sudah memiliki rencana, menguji, atau mengimplementasikan transformasi digital. Dilihat secara industri, layanan keuangan (47%) dan transportasi (45%) menjadi sektor yang paling banyak mengimplementasikan transformasi digital.

Continue reading “Saatnya Menggenjot Digitalisasi”

Kelirumologi Marketing di Zaman Now

Anda pernah  dengar istilah “kelirumologi’? Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh seorang pianis dan pengusaha jamu asal Semarang bernama Jaya Suprana. Pendiri Museum Rekor dunia Indonesia (MURI) ini pernah membahas seputar pemahaman salah kaprah atau keliru tentang apa saja yang kemudian ia labeli sendiri dengan nama kelirumologi.

Menurut definisi Wikipedia, Kelirumologi diartikan sebagai suatu mashab atau paham mempelajari atau menelaah kekeliruan demi mencari kebenaran. Kelirumologi mencoba meluruskan salah kaprah atau kekeliruan pemahaman yang sudah terlanjur dianggap benar oleh masyarakat luas. Jaya mencontohkan, soal air mineral. Soal air mineral, banyak orang menyamakannya dengan Aqua. Padahal, Aqua itu nama merek. Tapi, mereka menjadikannya sebagai identitas sebuah produk. Di sisi lain, ini bisa dipahami sebagai keberhasilan merek Aqua yang mampu membangun top of mind di kategori air mineral.

Meminjam istilah “kelirumologi” Jaya Suprana, Penulis ingin menyuguhkan beberapa beberapa salah kaprah pemahaman tentang marketing.

Continue reading “Kelirumologi Marketing di Zaman Now”

Menilik Buku Marketing 5.0, Technology for Humanity

Buku Marketing 5.0 Technology for Humanity karangan Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan akan diluncurkan secara resmi pada Januari/Februari tahun 2021. Buku terbitan John Wiley ini merupakan buku ketiga dari Trilogi X.0 Series dengan Marketing 3.0, From Product to Customers to the Human Spirit (2010) sebagai buku pertama dan Marketing 4.0, Moving fromTraditional to Digital (2017) sebagai buku kedua. Kedua buku tersebut sudah diterjemahkan ke dalam 25+ bahasa di dunia.

“Sebagai preview, sesuai dengan subtitle-nya, buku ini mengacu pada pemanfaatan teknologi untuk kepentingan manusia atau kemanusiaan. Intinya, kalau bisnis ingin maju dan bisa mendapatkan outcome yang optimal, bisnis tersebut harus bisa mengombinasikan dua kekuatan, yakni kekuatan human dan ditopang oleh teknologi seperti mesin dengan artificial intelligence (AI) di baliknya. Ini yang disebut sebagai the bionics,” ujar Iwan Setiawan, co-author buku Marketing 5.0 yang juga CEO MarkPlus, Inc. pada sesi Jakarta Marketing Week 2020, Jumat (18/09/2020).

Continue reading “Menilik Buku Marketing 5.0, Technology for Humanity”

Inovasi atau Ditinggal Pergi

Dunia tak lain merupakan jalinan sejarah berbagai inovasi. Kemajuan dunia yang kita nikmati hari ini merupakan hasil upaya dari para inovator. James Watt dengan mesin uapnya, Michael Faraday dengan listriknya, Thomas Alva Edison dengan lampu pijarnya, maupun Johannes Gutenberg dengan mesin cetaknya. Inovator-inovator ini telah mengubah dunia.

Sejarah inovasi tersebut terus berlangsung hingga abad ini dengan temuan-temuan akbar, seperti internet, big data, artificial intelligence, teknologi robotik, dan sebagainya. Saban inovasi baru muncul, wajah industri hampir selalu berubah. Demikian pula dengan dunia pemasaran. Lanskap ini berubah seiring dengan perubahan teknologi. Saat ini, kita sedang memasuki masa Marketing 5.0 – masa yang ditandai dengan teknologi yang makin kompleks dan tuntutan kolaborasi antara manusia dan teknologi tersebut. Technology for humanity, itulah pesan utama buku Marketing 5.0, buku teranyar Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan yang diterbitkan oleh John Wiley dan akan rilis Januari mendatang.

Continue reading “Inovasi atau Ditinggal Pergi”