Dunia tak lain merupakan jalinan sejarah berbagai inovasi. Kemajuan dunia yang kita nikmati hari ini merupakan hasil upaya dari para inovator. James Watt dengan mesin uapnya, Michael Faraday dengan listriknya, Thomas Alva Edison dengan lampu pijarnya, maupun Johannes Gutenberg dengan mesin cetaknya. Inovator-inovator ini telah mengubah dunia.
Sejarah inovasi tersebut terus berlangsung hingga abad ini dengan temuan-temuan akbar, seperti internet, big data, artificial intelligence, teknologi robotik, dan sebagainya. Saban inovasi baru muncul, wajah industri hampir selalu berubah. Demikian pula dengan dunia pemasaran. Lanskap ini berubah seiring dengan perubahan teknologi. Saat ini, kita sedang memasuki masa Marketing 5.0 – masa yang ditandai dengan teknologi yang makin kompleks dan tuntutan kolaborasi antara manusia dan teknologi tersebut. Technology for humanity, itulah pesan utama buku Marketing 5.0, buku teranyar Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan yang diterbitkan oleh John Wiley dan akan rilis Januari mendatang.
Menghadapi dunia yang berubah, pemasar juga harus berubah. Inovasi menjadi satu cara yang harus mereka lakukan untuk menjawab perubahan itu. Langkah ini menjadi keharusan bagi perusahaan yang ingin tetap relevan dengan zaman. Sebab itu, bila tidak melakukan inovasi, perusahaan itu bakal ditinggal oleh pelanggannya dan kemudian kolaps di kemudian hari. Sejarah membuktikan banyak perusahaan raksasa dunia yang akhirnya tutup teratur karena tidak melakukan adaptasi dan inovasi.
Tepat sekali bila Marketeers menyajikan tema membangun kultur inovasi di edisi yang sedang Anda baca ini. Di masa sulit yang ditandai dengan porak porandanya bisnis, inovasi justru menjadi tantangan besar. Perusahaan-perusahaan ditantang melakukan inovasi di tengah pagebluk ini dan merebut momentum. Sebab itu, dibutuhkan semangat entrepreneurship dalam berinovasi di masa sulit. Semangat ini diterjemahkan dalam kejelian melihat peluang, keberanian mengambil risiko, dan keterbukaan membangun jejaring. Dan, inovasi ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan visioner.
Inovasi sudah di tingkat “mau tak mau” bagi perusahaan. Artinya, bila ingin eksis di masa sekarang, perusahaan harus berani melakukan inovasi. Tak perlu membuat inovasi besar sekelas innovator-inovator dunia tadi. Cukup dengan melakukannya agar tetap relevan dengan kebutuhan pelanggan.
Perlu diingat, inovasi bukanlah rencana-rencana atau cetak biru perusahaan. Inovasi ada ketika ada upaya nyata. Persis seperti dikatakan oleh almarhum Ciputra: sebuah mimpi tidak akan menjelma menjadi sebuah inovasi bila tidak ada realisasi. Dan, jauh-jauh hari, Peter Drucker yang dikenal sebagai Bapak Manajemen Modern sudah mewanti-wanti: inovasi atau mati.
Selamat memilih!